Senin, 07 Juni 2021

Contoh Karya Tulis : Anakmu Cerminanmu

BAB 1
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang   

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, sebagaimana mestinya kita memahami bahwa sebagian besar anak adalah cerminan orang tua, macam-macam karakteristik,perilaku dan sebagian besar sifat anak adalah cerminan dari orang tuanya. Banyak penelitian mengatakan bahwa sikap dan karakteristik anak terbentuk secara langsung berdasarkan gen dimana sifat maupun karakteristik anak tidak akan menyimpang jauh dari orang tuanya. Seperti adanya pepatah yang mengatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonya” . dalam karya ilmiah ini kami bertujuan untuk menyimpulkan segala macam penelitian yang telah kami teliti berdasarkan sifat, karakteristik ,tingkah laku dan peran anak yang didasari oleh orang tuanya masing-masing. Dalam hal ini penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat memahami serta mau meniru sisi positive yang ada didalam karya tulis ini, sehingga banyak maksud dan tujuan kami dalam mengambil dan menentukan judul sebagaimana salah satu tujuan kami adalah mempermudah pembentukan karakteristik anak secara umum, dari lahir hingga sekarang. Mencintai, menghormati orang tua dan menghargai setiap pengorbanan mereka adalah  salah satu kewajiban kita sebagai anak untuk menjadi pribadi yang santun terhadap orang tua, tetapibukan hanya santun yang diharapkan didalam peelitian ini, tetapi kami mengharapkan agar pembaca berperan aktif untuk tetap mengahrgai orang tua masing-masing karena bagaimanapun karateristik yang ada dalam diri kita saat ini baik dari sisi negative maupun positivenya adalah cerminan orang tua kita, maka cermatlah kita sebagai anak untuk memilih hal yang patut dicontoh dari orangtua kita masing-masing .


 

2.   Tujuan Penulisan Laporan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat maupun karakteristik anak yang berpedoman dari orangtua itu sendiri.

 

3.   Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusannya masalahnya sebagai berikut:

a)      Bagaimana cerminan karakteristik anak berdasarkan sifat orang tua?

b)      Bagaimana peran orang tua yang sangat berpengaruh pada perkembangan sifat anak?

c)      Apa sajakah factor yang mempengaruhi karakteristik sifat anak?

 

4.   Tujuan/Kegunaan

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut:

a)    Ingin mengetahui bagaimana karakteristik anak berdasarkan orang tua

b)  Ingin mengetahui bagaimana peran orang tua yang sangat berpengaruh pada perkembangan sifat anak

c)     Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik sifat yang dimiliki anak

 BAB II

LANDASAN TEORI

1.   Landasan Teori

a)   Teori Kepribadian

Kepribadian merupakan keseluruhan cara seseorang, di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.

b)  Teori Kepribadian Tsikodinamika

Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia, dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.

c)    Teori Freud

Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.

d)   Teori Jung

Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang disebutya sebagai arketipe. 

2.   Metode yang Digunakan

Wawancara. Penulis mengadakan wawancara langsung terhadap rekan-rekan serta mengajukan macam-macam pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik serta peran-peran orang tua yang mendasari pembentukan sifat anak

3.   Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah memehami isi laporan karya tulis ini, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB III
PEMBAHASAN

 1.   Proses Pembentukan Karakter Pada Anak

Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya? Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap. Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat orangtua mengajar kita. Kadangkala mereka sering membantu kita karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat kita tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirin kita tidak berkembang dan yang sebenarnya jika kita berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter. Contohnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya! Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter.

 

2.   Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian

a)      Faktor Keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Hal ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

 

b)      Faktor Lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

Tanpa sadar orangtua telah membentuk karakter dan sikap anak melalui perilaku kita sehari-hari, kecenderungan perilaku anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya, karena anak adalah cermin dari orang tua. Jika orang tua memiliki sifat sombong anak pun akan otomatis meniru perilaku orang tua tersebut. Maka jangan selalu menyalahkan anak atas perilakunya pada waktu dewasa, sebaiknya introspeksi dahulu diri kita sendiri sebelum menjatuhkan kesalahan kepada anak. Sebab perilaku tersebut bisa saja mereka peroleh dari orang tua nya. Ada yang mengatakan ‘Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya’ itulah peribahasa yang membenarkan akan ada keterkaitan perilaku anak dengan orang tuanya.

Sebagian orang menganggap perilaku tersebut bisa di atasi dengan cara didikan yang baik, tetapi itu mungkin tidak akan berhasil dengan maksimal jika perilaku orang tua tidak mencerminkan keteladanan yang patut dicontoh. Ini merupakan hal sepele yang kadang terlupakan oleh sebagian orang tua dalam mendidik anak, selain itu kebanyakkan orang tua lebih memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang berakibat buru terutama kepada anak, lihat saja kadang ada orang tua yang senang menyuruh anak dari pada memberikkan teladan atau contoh. 

Pernah saya membaca buku, anak bayi dibawah 1 tahun yang hanya bisa menangis dan “au au” mempunyai daya rasa yang tinggi terhadap sesuatu hal, mereka sangat peka terhadap sesuatu.  Misal, pada saat umur dibawah 1 th anak dimarahi, dikata-katai, misal “anak nakal, suka ngrepotne ibu” lalu dijiwit, dipukul, hal seperti itu secara tidak langsung bisa terekaman diotak anak sehingga dia akan tumbuh menjadi anak yang jahat karena pengaruh kasar dari orangtuanya.

Ketika menginjak usia sekolah dasar, anak masuk pada perkembangan usia dini dimana lingkungan sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh pada pembentukan sifat anak. Usia dini ini sangat singkat waktunya yaitu antara umur 5-12 tahun. Pada usia-usia ini anak sangat rentan sekali dengan yang namanya pergaulan. Apapun yang dilihat,didengar merka cenderung mengikuti tanpa berpikir hal itu baik ato buruk. Emosi anak-anak usia ini sangat meledak ledak, mereka cenderung menunjukkan “ini lho saya”, egosetrisnya sangat tinggi sekali. Mudah sekali mereka terjerumus kehal-hal yang kurang baik. Karena masa usia dini ini sangat berpengaruh pada pembentukan  sifat anak maka disini diperlukan peran orang tua yang sangat besar. Orangtua berperan mengawasi anak. Bagi para orangtua, beri anak2 anda pada usia dini kebebasan tapi bukan berarti kebebasan yang tanpa batas. Disini orangtua harus memonitoring anak dari jauh. Ketika mereka mulai menyimpang, dudukkan anak dan beri nasehat secara halus, beri pengertian bahwa hal-hal buruk itu tidak perlu dilakukan karena berbahaya dan taidak  ada manfaatnya. Anak jangan dikasar, karena sekali dikasar anak akan mulai membangkang karena ego mereka tinggi. Pada usia dini ini juga anak harus mulai dilatih untuk mempunyai tanggungjawab terhadap kehidupannya. Misalkan, suruh mereka membersihkan tempat  tidurnya setiap pagi, suruh mereka sholat tepat waktu, ajak mereka membuat jadwal kegiatan sehari, dengan begitu akan terbentuk kedisplinan anak secara sendirinya. Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan.  

 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1.   Kesimpulan

Dari hasil analisa data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a)      Sifat, kebiasaan, karakter dan pola prilaku anak sangatlah mirip dengan orangtuanya

b)      Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter dan sifat anak , yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan

c)       Pembentukan sifat dan  karakter anak haruslah melalui proses belajar yang tidak mudah agar berkembangnya potensi dalam diri anak dan menjadikan mereka pribadi yang kuat dan berkarakter

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika Ekonomi Fungsi Linear

BAB I PENDAHULUAN 1.1.        Latar Belakang Fungsi linear tidak hanya diterapkan dalam teori saja, tetapi juga penting diterap...