BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, sebagaimana mestinya kita memahami bahwa sebagian besar anak adalah cerminan orang tua, macam-macam karakteristik,perilaku dan sebagian besar sifat anak adalah cerminan dari orang tuanya. Banyak penelitian mengatakan bahwa sikap dan karakteristik anak terbentuk secara langsung berdasarkan gen dimana sifat maupun karakteristik anak tidak akan menyimpang jauh dari orang tuanya. Seperti adanya pepatah yang mengatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonya” . dalam karya ilmiah ini kami bertujuan untuk menyimpulkan segala macam penelitian yang telah kami teliti berdasarkan sifat, karakteristik ,tingkah laku dan peran anak yang didasari oleh orang tuanya masing-masing. Dalam hal ini penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat memahami serta mau meniru sisi positive yang ada didalam karya tulis ini, sehingga banyak maksud dan tujuan kami dalam mengambil dan menentukan judul sebagaimana salah satu tujuan kami adalah mempermudah pembentukan karakteristik anak secara umum, dari lahir hingga sekarang. Mencintai, menghormati orang tua dan menghargai setiap pengorbanan mereka adalah salah satu kewajiban kita sebagai anak untuk menjadi pribadi yang santun terhadap orang tua, tetapibukan hanya santun yang diharapkan didalam peelitian ini, tetapi kami mengharapkan agar pembaca berperan aktif untuk tetap mengahrgai orang tua masing-masing karena bagaimanapun karateristik yang ada dalam diri kita saat ini baik dari sisi negative maupun positivenya adalah cerminan orang tua kita, maka cermatlah kita sebagai anak untuk memilih hal yang patut dicontoh dari orangtua kita masing-masing .
2. Tujuan Penulisan Laporan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat
maupun karakteristik anak yang berpedoman dari orangtua itu sendiri.
3. Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusannya masalahnya
sebagai berikut:
a) Bagaimana cerminan karakteristik anak berdasarkan sifat orang tua?
b) Bagaimana peran orang tua yang sangat
berpengaruh pada perkembangan sifat anak?
c) Apa sajakah factor yang mempengaruhi karakteristik sifat anak?
4. Tujuan/Kegunaan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka penulis dapat memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut:
a) Ingin mengetahui bagaimana karakteristik anak
berdasarkan orang tua
b) Ingin mengetahui bagaimana peran orang tua yang sangat
berpengaruh pada perkembangan sifat anak
c) Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
karakteristik sifat yang dimiliki anak
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori
a) Teori Kepribadian
Kepribadian merupakan
keseluruhan cara seseorang, di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Karakteristik yang
umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas,
ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika
ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat
kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat
perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa
sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan
bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
b) Teori Kepribadian Tsikodinamika
Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi
psikologis di dalam manusia, dalam bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.
c) Teori Freud
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri
dari tiga sistem utama: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan
hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.
d) Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang disebutya sebagai arketipe.
2. Metode yang Digunakan
Wawancara. Penulis mengadakan wawancara langsung
terhadap rekan-rekan serta mengajukan macam-macam pertanyaan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana karakteristik serta peran-peran orang tua yang
mendasari pembentukan sifat anak
3. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memehami isi laporan karya tulis ini, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB III
PEMBAHASAN
1. Proses Pembentukan Karakter Pada Anak
Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya? Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap. Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat orangtua mengajar kita. Kadangkala mereka sering membantu kita karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat kita tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirin kita tidak berkembang dan yang sebenarnya jika kita berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter. Contohnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya! Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter.
2. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
a) Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang
individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan
refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada
umumnya dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu
komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan
yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa
sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan
dengan karakteristik genetis bawaan. Hal ini mengemukakan bahwa beberapa sifat
kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100
pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara
terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri
perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara
anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga
memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan
kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang
dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan
kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan
saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
b) Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar
terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan
pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika
Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan
etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku,
sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung
ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam
budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
Tanpa sadar orangtua telah membentuk karakter dan
sikap anak melalui perilaku kita sehari-hari, kecenderungan perilaku anak tidak
akan jauh berbeda dengan orang tuanya, karena anak adalah cermin dari orang
tua. Jika orang tua memiliki sifat sombong anak pun akan otomatis meniru
perilaku orang tua tersebut. Maka jangan selalu menyalahkan anak atas
perilakunya pada waktu dewasa, sebaiknya introspeksi dahulu diri kita sendiri
sebelum menjatuhkan kesalahan kepada anak. Sebab perilaku tersebut bisa saja
mereka peroleh dari orang tua nya. Ada yang mengatakan ‘Buah tidak akan jatuh
jauh dari pohonnya’ itulah peribahasa yang membenarkan akan ada keterkaitan
perilaku anak dengan orang tuanya.
Sebagian orang menganggap perilaku tersebut bisa di
atasi dengan cara didikan yang baik, tetapi itu mungkin tidak akan berhasil
dengan maksimal jika perilaku orang tua tidak mencerminkan keteladanan yang
patut dicontoh. Ini merupakan hal sepele yang kadang terlupakan oleh sebagian
orang tua dalam mendidik anak, selain itu kebanyakkan orang tua lebih
memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang berakibat buru terutama kepada anak,
lihat saja kadang ada orang tua yang senang menyuruh anak dari pada memberikkan
teladan atau contoh.
Pernah saya membaca buku, anak bayi dibawah 1 tahun
yang hanya bisa menangis dan “au au” mempunyai daya rasa yang tinggi terhadap
sesuatu hal, mereka sangat peka terhadap sesuatu. Misal, pada saat umur
dibawah 1 th anak dimarahi, dikata-katai, misal “anak nakal, suka ngrepotne
ibu” lalu dijiwit, dipukul, hal seperti itu secara tidak langsung bisa
terekaman diotak anak sehingga dia akan tumbuh menjadi anak yang jahat karena
pengaruh kasar dari orangtuanya.
Ketika menginjak usia sekolah dasar, anak masuk
pada perkembangan usia dini dimana lingkungan sekolah dan masyarakat sangat
berpengaruh pada pembentukan sifat anak. Usia dini ini sangat singkat waktunya
yaitu antara umur 5-12 tahun. Pada usia-usia ini anak sangat rentan sekali dengan
yang namanya pergaulan. Apapun yang dilihat,didengar merka cenderung mengikuti
tanpa berpikir hal itu baik ato buruk. Emosi anak-anak usia ini sangat meledak
ledak, mereka cenderung menunjukkan “ini lho saya”, egosetrisnya sangat tinggi
sekali. Mudah sekali mereka terjerumus kehal-hal yang kurang baik. Karena masa
usia dini ini sangat berpengaruh pada pembentukan sifat anak maka disini
diperlukan peran orang tua yang sangat besar. Orangtua berperan mengawasi anak.
Bagi para orangtua, beri anak2 anda pada usia dini kebebasan tapi bukan berarti
kebebasan yang tanpa batas. Disini orangtua harus memonitoring anak dari jauh.
Ketika mereka mulai menyimpang, dudukkan anak dan beri nasehat secara halus,
beri pengertian bahwa hal-hal buruk itu tidak perlu dilakukan karena berbahaya
dan taidak ada manfaatnya. Anak jangan dikasar, karena sekali dikasar
anak akan mulai membangkang karena ego mereka tinggi. Pada usia dini ini juga
anak harus mulai dilatih untuk mempunyai tanggungjawab terhadap kehidupannya.
Misalkan, suruh mereka membersihkan tempat tidurnya setiap pagi, suruh
mereka sholat tepat waktu, ajak mereka membuat jadwal kegiatan sehari, dengan
begitu akan terbentuk kedisplinan anak secara sendirinya. Dengan begitu, anak
secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan
itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara
sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Sifat, kebiasaan, karakter dan pola prilaku anak sangatlah mirip dengan
orangtuanya
b) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter dan sifat anak , yaitu
faktor keturunan dan faktor lingkungan
c) Pembentukan sifat dan karakter anak haruslah melalui proses
belajar yang tidak mudah agar berkembangnya potensi
dalam diri anak dan menjadikan mereka pribadi yang kuat dan berkarakter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar